PortalindonesiaNews.net Kabupaten Semarang, Merti Dusun sering disebut juga dengan bersih Desa, hakikatnya sama dengan makna simbol rasa syukur masyarakat kepada sang Pencipta atas apa yang telah diberikan. Karunia tersebut dapat berupa rejeki yang melimpah, keselamatan, ketentraman, serta keselarasan hidup di dunia. Kegiatan semacam ini masih sangat lazim ditemukan di Pedesaan maupun Pedusunan bagian dari ritus dan situs yang ada di Desa. Masyarakat Jawa percaya ketika sedang dilanda duka dan musibah mendalam pun masih banyak hal yang pantas disyukuri. Ada banyak cara untuk mengungkapkan rasa syukur kepada sang Pencipta.
Merti Dusun merupakan bagian dari perwujudan rasa syukur, upacara merti desa sering kali juga terkait dengan ritual penghormatan kepada leluhur atau nenek moyang. Semuanya dilakukan dengan tetap memanjatkan doa dan permohonan kepada Yang Maha Kuasa demi keselamatan, ketentraman, kesejahteraan dan keselarasan hidup seluruh warga desa. Silaturahmi, kekeluargaan, guyub, rukun, gotong royong, kebersamaan, keakraban, tepa selira, dan harmonis adalah sebagian dari sederetan kosakata yang begitu tepat dan saling menjalin makna saat menggambarkan bagaimana suasana yang terpancar dari berlangsungnya tradisi merti Dusun
Kegiatan merti dusun selain merupakan wujud rasa syukur kita terhadap Tuhan Yang Maha Esa, juga menjadi salah satu acara tradisi yang dapat menyatukan seluruh warga masyarakat dari berbagai kalangan. Kemudian, seluruh warga masyarakat biasanya juga akan belajar menggunakan pakaian tradisional dalam mengikuti tradisi merti dusun tersebut.
Hendaknya sangat perlu bagi kita sebagai generasi penerus bangsa, untuk tetap melangsungkan adat dan istiadat nenek moyang kita, dengan prespektif tetap menyembah dan meminta kepada-Nya. Karena jika kita tidak mulai menahan, memperkuat kebudayaan kita sendiri, maka lambat laun tidak ada lagi upacara adat yang bernama Merti Dusun. Kelak hanya akan menjadi bagian dari cerita/nama saja. Pastinya kita tidak mau anak dan cucu kita nanti tidak merasakan ramainya merti dusun bukan? Nah maka dari itu, yuk kita mulai kencangkan sabuk untuk melestarikan budaya dan tradisi yang ada di sekitar kita.
Oleh karena itu Lingkungan Gintungan Kelurahan Bandungan kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang merayakan dan melaksanakan merti dusun atau sering kali dengan akrab sering di sebut ( Kadeso) telah di laksanakan pada tanggal 18-19/april 2024 . Rangkaian acara kegiatan di mulainya acara selamatan sebagai ucapan syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa atas rahmat , nikmat, rezki, ketentraman ,kedamaian sehat. Dilanjutkan dengan pagelaran reog pono rogo kudo utomo puncak malam tasyakuran dengan pegelaran watang kulit ( ringit purwo) dengan ki Dalang ki Eko Santoso dari Yogyakarta di meriahkan Tatin dari yogya dan gareng dari wonosobo serta di meriahkan karawitan. Dalam kegiatan ini hadir Camat Bandungan ( Mohamad taufik S. Sos MM) , muspika kecamatan Bandungan, Tokoh masyarakat se kelurahan Bandungan, ada beberapa anggota Dewan kabupaten Semarang juga hadir.
Nasikhun ( ketua Panitia) menyampaikan melalui kegiatan hari ini masyarakat di berikan kedamaian, rezki, kekuatan, kesehatan, berkah
Moh Taufik S. Sos. Mm ( camat Bandungan)
Dalam sambutannya mengatakan "
Wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, di beri rezki yang berlimpah, kekuatan, kesehatan, kita perkuat ke gotong royongan, tingkatkan kerukunan kedamaian kesejahteraan sehingga tercipta titi tentrem kerto raharjo gemah limpah loh jinawi .
Andhika Gusni (tokoh masyarakat Bandungan) menyampaikan pada awak media melalui merti dusun ini masyarakat lingkungan Gintungan
Tetap di lancarkan rezkinya, sehat walafiat , kedamaian serta kemakmuran tungkas andika.
Dalam kegiatan ini di laksanakan sangat meriah serta masyarakat lingkungan Gintungan dan sekitarnya tumplak blak hadir dalam kegiatan merti dusun ini.PS
Pewarta : Saribun